BULAN TERNYATA MAKIN MENJAUH ...

Senin, 22 Juni 2009 | 05:38 WIB
Oleh Yulvianus Harjono
KOMPAS.com-Pada suatu masa—jutaan tahun ke depan—keturunan kita tidak akan bisa melihat bulan seperti sekarang.
Tidak ada lagi fenomena gerhana matahari ataupun bulan total, kecuali dalam jejak rekam sejarah sains. Lambat, tetapi pasti bulan semakin bergerak menjauh dari bumi.
Bukan tanpa alasan Neil Armstrong—manusia pertama yang menginjakkan kakinya di bulan—meninggalkan jejak panel reflektor yang terdiri atas 100 cermin beberapa menit sebelum dia meninggalkan bulan pada 21 Juli 1969. Reflektor inilah yang kemudian menuntun manusia pada penemuan fakta mencengangkan.
Memanfaatkan reflektor yang tertinggal di bulan, Prof Carrol Alley, fisikawan dari University of Maryland, Amerika Serikat, mengamati pergerakan orbit bulan. Caranya adalah dengan menembakkan laser dari observatorium ke reflektor di bulan. Di luar dugaan, dari hasil pengamatan tahunan, jarak bumi-bulan yang terekam dari laju tempuh laser bumi-bulan terus bertambah.
Diperkuat sejumlah pengamatan di McDonald Observatory, Texas, AS, dengan menggunakan teleskop 0,7 meter diperoleh fakta bahwa jarak orbit bulan bergerak menjauh dengan laju 3,8 sentimeter per tahun.
Para ahli meyakini, 4,6 miliar tahun lalu, saat terbentuk, ukuran bulan yang terlihat dari bumi bisa 15 kali lipat daripada sekarang. Jaraknya saat itu hanya 22,530 kilometer, seperduapuluh jarak sekarang (385.000 km).
Seandainya manusia sudah hidup pada masa itu, hari-hari yang dijalankan terasa lebih cepat. Hitungan kalender pun bakal berbeda. Bagaimana tidak, jika dalam sebulan waktu edar mengelilingi bumi hanya 20 hari, bukan 29-30 hari seperti sekarang. Rotasi bumi ketika itu pun berlangsung lebih cepat, hanya 18 jam sehari.
Jutaan tahun dari sekarang, seiring dengan menjauhnya bulan, hari-hari di bumi pun akan semakin lama, hingga mencapai 40 hari dalam sebulan. Hari pun bisa berlangsung semakin lama, hingga 30 jam. Lantas, mengapa ini bisa terjadi?
Takaho Miura dari Universitas Hirosaki, Jepang, dalam jurnal Astronomy & Astrophysics mengemukakan, jika bumi dan bulan, termasuk matahari, saling mendorong dirinya. Salah satunya, ini dipicu interaksi gaya pasang surut air laut.
Gaya pasang surut yang diakibatkan bulan terhadap lautan di bumi ternyata berangsur-angsur memindahkan gaya rotasi bumi ke gaya pergerakan orbit bulan. Akibatnya, tiap tahun orbit bulan menjauh. Sebaliknya, rotasi bumi melambat 0,000017 detik per tahun.
Stabilitas iklim
Fakta menjauhnya orbit bulan ini menjadi ancaman tidak hanya populasi manusia, tetapi juga kehidupan makhluk hidup di bumi. Pergerakan bulan, seperti diungkapkan Dr Jacques Laskar, astronom dari Paris Observatory, berperan penting menjaga stabilitas iklim dan suhu di bumi.
”Bulan adalah regulator iklim bumi. Gaya gravitasinya menjaga bumi tetap berevolusi mengelilingi matahari dengan sumbu rotasi 23 derajat. Jika gaya ini tidak ada, suhu dan iklim bumi akan kacau balau. Gurun Sahara bisa jadi lautan es, sementara Antartika menjadi gurun pasir,” ucapnya kepada Science Channel.
Sejumlah penelitian menyebutkan, pergerakan bulan juga berpengaruh terhadap aktivitas makhluk hidup. Terumbu karang, misalnya, biasa berkembang biak, mengeluarkan spora, ketika air pasang yang disebabkan bulan purnama tiba.
Bulan penuh juga dipercaya meningkatkan perilaku agresif manusia. Di Los Angeles, AS, kepolisian wilayah setempat biasanya akan lebih waspada terhadap peningkatan aktivitas kriminal saat purnama.
Menjauhnya bulan dari bumi diyakini ahli geologis juga berpengaruh terhadap aktivitas lempeng bumi. Beberapa ahli telah lama menghubungkan kejadian sejumlah gempa dengan aktivitas bulan. ”Kekuatan yang sama yang menyebabkan laut pasang ikut memicu terangkatnya kerak bumi,” ucap Geoff Chester, astronom yang bekerja di Pusat Pengamatan Angkatan Laut AS, seperti dikutip dari National Geographic.
Beberapa kejadian gempa besar di Tanah Air yang pernah tercatat diketahui juga terkait dengan pergerakan bulan. Gempa-tsunami Nanggroe Aceh Darussalam (2004), Nabire (2004), Simeuleu (2005), dan Nias (2005) terjadi saat purnama. Gempa Mentawai (2005) dan Yogyakarta (2005) terjadi pada saat bulan baru dan posisi bulan di selatan.
Misi terbaru NASA
Kini, bulan sebagai tetangga terdekat bumi kembali menjadi perhatian riset astronomi di dunia. Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) pada Jumat (19/6) meluncurkan wahana LCRoS (Lunar Crater Observation and Sensing Satellite) di Cape Canaveral, AS. Wahana ini adalah bagian dari misi Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO), yaitu persiapan program mengembalikan astronot ke bulan tahun 2020 setelah terakhir dilakukan pada 1969-1972 (Reuters, 18/6).
Sasaran utama misi LCRoS untuk memastikan ada tidaknya air beku yang dipercaya berada di kawasan kawah gelap dekat kutub bulan. Dibantu dengan LRO yang memetakan permukaan di bulan secara detail, kedua misi baru ini mengisyaratkan hal besar: menancapkan tonggak baru soal kemungkinan membangun koloni di luar bumi!
Namun, dengan penuh kerendahan hati, Craig Tooley, LRO Project Manager, mengatakan, ”Pengetahuan kita tentang bulan secara keseluruhan saat ini masih minim. Kita punya peta lebih baik tentang Mars, tetapi tidak untuk bulan kita sendiri.”
Sumber: kompas.com

Senin, 22 Juni 2009 | 05:38 WIB
Oleh Yulvianus Harjono
KOMPAS.com-Pada suatu masa—jutaan tahun ke depan—keturunan kita tidak akan bisa melihat bulan seperti sekarang.
Tidak ada lagi fenomena gerhana matahari ataupun bulan total, kecuali dalam jejak rekam sejarah sains. Lambat, tetapi pasti bulan semakin bergerak menjauh dari bumi.
Bukan tanpa alasan Neil Armstrong—manusia pertama yang menginjakkan kakinya di bulan—meninggalkan jejak panel reflektor yang terdiri atas 100 cermin beberapa menit sebelum dia meninggalkan bulan pada 21 Juli 1969. Reflektor inilah yang kemudian menuntun manusia pada penemuan fakta mencengangkan.
Memanfaatkan reflektor yang tertinggal di bulan, Prof Carrol Alley, fisikawan dari University of Maryland, Amerika Serikat, mengamati pergerakan orbit bulan. Caranya adalah dengan menembakkan laser dari observatorium ke reflektor di bulan. Di luar dugaan, dari hasil pengamatan tahunan, jarak bumi-bulan yang terekam dari laju tempuh laser bumi-bulan terus bertambah.
Diperkuat sejumlah pengamatan di McDonald Observatory, Texas, AS, dengan menggunakan teleskop 0,7 meter diperoleh fakta bahwa jarak orbit bulan bergerak menjauh dengan laju 3,8 sentimeter per tahun.
Para ahli meyakini, 4,6 miliar tahun lalu, saat terbentuk, ukuran bulan yang terlihat dari bumi bisa 15 kali lipat daripada sekarang. Jaraknya saat itu hanya 22,530 kilometer, seperduapuluh jarak sekarang (385.000 km).
Seandainya manusia sudah hidup pada masa itu, hari-hari yang dijalankan terasa lebih cepat. Hitungan kalender pun bakal berbeda. Bagaimana tidak, jika dalam sebulan waktu edar mengelilingi bumi hanya 20 hari, bukan 29-30 hari seperti sekarang. Rotasi bumi ketika itu pun berlangsung lebih cepat, hanya 18 jam sehari.
Jutaan tahun dari sekarang, seiring dengan menjauhnya bulan, hari-hari di bumi pun akan semakin lama, hingga mencapai 40 hari dalam sebulan. Hari pun bisa berlangsung semakin lama, hingga 30 jam. Lantas, mengapa ini bisa terjadi?
Takaho Miura dari Universitas Hirosaki, Jepang, dalam jurnal Astronomy & Astrophysics mengemukakan, jika bumi dan bulan, termasuk matahari, saling mendorong dirinya. Salah satunya, ini dipicu interaksi gaya pasang surut air laut.
Gaya pasang surut yang diakibatkan bulan terhadap lautan di bumi ternyata berangsur-angsur memindahkan gaya rotasi bumi ke gaya pergerakan orbit bulan. Akibatnya, tiap tahun orbit bulan menjauh. Sebaliknya, rotasi bumi melambat 0,000017 detik per tahun.
Stabilitas iklim
Fakta menjauhnya orbit bulan ini menjadi ancaman tidak hanya populasi manusia, tetapi juga kehidupan makhluk hidup di bumi. Pergerakan bulan, seperti diungkapkan Dr Jacques Laskar, astronom dari Paris Observatory, berperan penting menjaga stabilitas iklim dan suhu di bumi.
”Bulan adalah regulator iklim bumi. Gaya gravitasinya menjaga bumi tetap berevolusi mengelilingi matahari dengan sumbu rotasi 23 derajat. Jika gaya ini tidak ada, suhu dan iklim bumi akan kacau balau. Gurun Sahara bisa jadi lautan es, sementara Antartika menjadi gurun pasir,” ucapnya kepada Science Channel.
Sejumlah penelitian menyebutkan, pergerakan bulan juga berpengaruh terhadap aktivitas makhluk hidup. Terumbu karang, misalnya, biasa berkembang biak, mengeluarkan spora, ketika air pasang yang disebabkan bulan purnama tiba.
Bulan penuh juga dipercaya meningkatkan perilaku agresif manusia. Di Los Angeles, AS, kepolisian wilayah setempat biasanya akan lebih waspada terhadap peningkatan aktivitas kriminal saat purnama.
Menjauhnya bulan dari bumi diyakini ahli geologis juga berpengaruh terhadap aktivitas lempeng bumi. Beberapa ahli telah lama menghubungkan kejadian sejumlah gempa dengan aktivitas bulan. ”Kekuatan yang sama yang menyebabkan laut pasang ikut memicu terangkatnya kerak bumi,” ucap Geoff Chester, astronom yang bekerja di Pusat Pengamatan Angkatan Laut AS, seperti dikutip dari National Geographic.
Beberapa kejadian gempa besar di Tanah Air yang pernah tercatat diketahui juga terkait dengan pergerakan bulan. Gempa-tsunami Nanggroe Aceh Darussalam (2004), Nabire (2004), Simeuleu (2005), dan Nias (2005) terjadi saat purnama. Gempa Mentawai (2005) dan Yogyakarta (2005) terjadi pada saat bulan baru dan posisi bulan di selatan.
Misi terbaru NASA
Kini, bulan sebagai tetangga terdekat bumi kembali menjadi perhatian riset astronomi di dunia. Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) pada Jumat (19/6) meluncurkan wahana LCRoS (Lunar Crater Observation and Sensing Satellite) di Cape Canaveral, AS. Wahana ini adalah bagian dari misi Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO), yaitu persiapan program mengembalikan astronot ke bulan tahun 2020 setelah terakhir dilakukan pada 1969-1972 (Reuters, 18/6).
Sasaran utama misi LCRoS untuk memastikan ada tidaknya air beku yang dipercaya berada di kawasan kawah gelap dekat kutub bulan. Dibantu dengan LRO yang memetakan permukaan di bulan secara detail, kedua misi baru ini mengisyaratkan hal besar: menancapkan tonggak baru soal kemungkinan membangun koloni di luar bumi!
Namun, dengan penuh kerendahan hati, Craig Tooley, LRO Project Manager, mengatakan, ”Pengetahuan kita tentang bulan secara keseluruhan saat ini masih minim. Kita punya peta lebih baik tentang Mars, tetapi tidak untuk bulan kita sendiri.”
Sumber: kompas.com
» FORUM: Administrator: Salam Kenal
» INTRO: TESQSCAPE
» Kelompok Keahlian Fisika Sains
» INFOTEK: Pesawat Mampu Terbang Non-Stop
» NUKLIR: Penemuan Partikel Lebih Cepat daripada Cahaya
» DINAMIK: Memahami Kedudukan Fisika Kuantum
» DINAMIK: Konversi dan Konservasi Energi
» PLANETOS: Dijual, Tanah di Planet Serupa Bumi
» PARTIKEL: Target Sains 2011: Temukan 'Partikel Tuhan'
» PLANETOS: Jumlah Planet di Tata Surya Akan Berkurang
» PLANETOS: Jumlah Planet di Tata Surya Akan Berkurang
» PLANETOS: Jumlah Planet di Tata Surya Akan Berkurang
» ASTROS: R136a1 - Bintang Terbesar SejagatRaya
» PLANETOS: Atmosfir Pluto Terbalik Dibanding Bumi
» PLANETOS: Peneliti Temukan Planet Bertabur Berlian
» MEDIK: Spektrum Frekuensi Gelombang Otak Manusia
» HELIOS: Letusan Bintik Matahari Ancam Bumi
» IPTEK: Amerika Bangun MegaProyek Matahari Buatan
» KOSMOS: Bayi Lubang Hitam Ini Bisa Melahap Bumi
» KOSMOS: Bibit Kehidupan Bumi dari Luar Angkasa?
» KOSMOS: Alam Semesta Berkembang dari Cairan
» KOSMOS: Astronom Amatir Abadikan Hantaman Benda Asing Terhadap Jupiter
» KOSMOS: Stephen Hawking: tak Mau Punah, Manusia Harus Mencari Planet Lain
» WEBINFO: E-mail Fisika
» KOSMOS: Peneliti Yakin Bumi Kiamat Tiap 27 Juta Tahun
» NUKLIR: PII Rekomendasikan Penerapan Energi Nuklir
» KOSMO: Kandungan Air di Bulan Ternyata Lebih Banyak dari Perkiraan
» INFO: Lukman Hakim Dilantik Jadi Kepala LIPI
» KOSMO: Patung Berusia 200.000 Tahun Ditemukan Di Bulan
» MATERIAL: Kristal Cair
» PARTIKEL: Mencari Partikel Antimateri Hingga Antariksa
» METEOR: Ledakan Meteorit Langka dan Acak
» NUKLIR: BATAN: Chernobyl Bukan Alasan Tolak PLTN
» NUKLIR: BATAN: Indonesia Baru Memiliki PLTN 2018-2020
» INFOTEK: Terapkan 42 Mbps, Indonesia Terdepan di Asia
» INFOTEK: Indonesia Konsisten Perhatikan Keselamatan Nuklir
» INFOTEK: Eropa Bangun Teleskop Terbesar Dunia di Chile
» KOSMOS: Anda Bukan Apa-Apa ...
» ASTRO: Foto Pertama "Mikroskop" Matahari
» OPTO: LASER: Light Amplification by Stimulation of Emission of Radiation
» ASTRO: LAPAN: Badai Matahari 2012 Bukan Kiamat
» LENSA: Dibalik Kemerdekaan RI - 17 Agustus 1945
» KOSMOS: Penetapan Kecepatan Cahaya
» ASTRO: Kerumitan Perhitungan Saat: Hari - Bulan - Tahun
» KOSMOS: Kita Senantiasa Berpindah dalam Ruang dan Waktu
» KOSMOS: Kelajuan Ekstrim: Lebih Laju daripada Cahaya
» INTERMEZO: Proyek Antariksa Indonesia ...
» ASTRO: Sistem Kalender Bumi: 20102 Qiamat? Kalkulasi Manusia Tak Pernah Bisa Presisi!
» ASTRO: Penjelasan IpTek Tentang Isue HuruHara 2012
» ASTRO: Sebelas Planet dalam Tata Surya Kita?
» KEMO: Dinding Antara Dua Laut di Giblatar dan Sungai BawahLaut di Meksiko
» INFOTEK: Senjata BelaDiri Kejutan-Listrik Tegangan-Tinggi Berbentuk PonSel
» INFOTEK: Senjata Api Pembunuh Berbentuk PonSel
» INFOTEK: Lensa Tembus-Pandang
» OPTO: Sains dan Teknologi Lensa Tembus Pandang
» BIO: Spektrum Frekuensi Gelombang Otak Manusia
» PSI: Menguak Kemampuan PSI | ESP
» ESAI: Orang Bodoh VS Orang Pintar
» NICE VIDEO: Black Hole: Jangan Tamak ... Jangan Serakah
» NICE VIDEO: Reach: Jadilah DiriMu Sendiri
» NICE VIDEO: Voodoo: Kejahatan Anda Akan Balik Kepada Anda
» PHOTO: Warna. Properti dan Atribut
» MIKROTEK: Kenali Kartu Plastik Pengganti Uang Anda
» LENSA: Nomor Anda Berapa?
» GEO: Biang Gempa-Bumi dan Tsunami
» MATERIAL: Logam Makin Keras dan Lentur
» KOSMOS: Rahasia Kosmik Sang Air: Fenomena Natural dan SupraNatural
» ASTRO: Bintang Neutron, Supernova dan Lubang Hitam
» TEKNO: Bill Gates dan Toshiba akan Bangun Reaktor Nuklir
» ASTRO: Pelacakan Ledakan Bintang Raksasa SuperNova
» KOSMOS: Asteroid Raksasa Penyebab Kepunahan Dinosaurus
» MATERIAL: MetaMaterial Memungkinkan Anda Menghilang dari Pandangan
» GEO: Hipotesis Gaia: Bumi Yang Hidup Dan Bernafas
» KOSMOS: Jarak Antara Bumi dan Bulan Makin Hari Makin Jauh dan Hari Makin Panjang
» TUTORIAL: Memuat Citra KompuGrafik: Foto | Gambar di Forum ini
» TEST: Menampilkan Klip Video
» TEST: Menampilkan Klip Audio
» TEST: Menampilkan Citra Grafiks: Foto Atau Gambar
» TEST: Membuat Tabulasi
» TEST: Membuat Daftar
» TEST: 1 ... 2 ... 3 ...
» FORUM: Pertanyaan Tak Akan Dijawab oleh Administrator
» FORUM: Tata Tertib
» FORUM: Etika
» FORUM: Ketentuan dan Kebijakan Administrator Forum
» FORUM: Selamat Datang
» FORUM: Undangan Untuk Para Pemerhati Fisika
» KOSMOS: Semesta Kita Ternyata Hologram Raksasa
» WTA: Image To Seg-Y